Sunday, December 22, 2013

Pelabuhan Sunda Kelapa, Mempertahankan tradisi Masa lalu

Liburan sekolah yuk ajak anak anak jalan-jalan sambil belajar sejarah. 
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, menyimpan banyak sejarah dan bangunan tua. Beberapa diantaranya berada di wilayah kota tua Jakarta.
Ada Deretan bangunan bersejarah di wilayah kota tua, mulai Museum Fatahilah, museum Bahari, Galangan VOC, dan Pelabuhan Sunda Kelapa .
 Pelabuhan Sunda Kelapa, salah satu ikon kota Jakarta di masa lalu..
Letaknya cukup dekat dari pusat kota, lebih dekat kearah museum Fatahilah,yaitu di  kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Disinilah cikal-bakal kota Jakarta berdiri.  Sunda Kelapa juga merupakan nama dari Jakarta sebelum tahun 1527.
Pelabuhan Sunda Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 , saat itu merupakan pelabuhan terpenting Pajajaran. Pada  awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk "Sunda Kelapa" sampai sekarang.
Pelabuhan ini tetap mempertahankan ciri khasnya dengan kapal-kapal tradisional bermesin. Mereka melayani angkutan barang antar pulau. Kebanyakan masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan barang dari kapal ke darat dan sebaliknya.
Saat saya berjalan-jalan, cuaca sangat cerah dan matahari bersinar keemasan di sore hari. Saya sangat antusias sore itu. Pemandangan yang indah di pelabuhan itu langsung saya abadikan dalam jepretankamera. Jarang-jarang saya mendapat suasana cerah dan bersih seperti ini di musim hujan di Jakarta.
Pelabuhan Sunda Kelapa takkan ada habisnya untuk di eksplorasi dalam jepretan kamera. Sebuah tempat wisata alternatif di Jakarta dengan beaya yang relatif murah meriah.
Bila anda berwisata ke kota tua Jakarta, sewalah sepeda ontel di depan museum, Cuma Rp.20.000, anda bisa mengelilingi kota tua dan mampir di pelabuhan Sunda Kelapa. Bagi anda yang berdomisili di luar  Jakarta, mampirlah ke pelabuhan ini jika mengunjungi ibukota kita Jakarta. Melihat sunda kelapa masa kini serasa melihat masa lalu jakarta.






































Selamat berlibur.

Saturday, December 14, 2013

Kesenian Masyarakat Banyuwangi

Anda pernah menonton kesenian kebo-keboan?Sebuah kesenian asli suku Osing dari Banyuwangi.Masyarakat suku Osing atau disebut juga sebagai “wong Blambangan” ini berawal sejak berakhirnya masa kekuasaan Majapahit sekitar tahun 1478 M. Jatuhnya kekuasaan Majapahit ini membuat beberapa warganya berlari ke beberapa tempat, diantaranya menuju Gunung Bromo ( suku Tengger ), Bali, dan Blambangan (tempat bermukim suku Osing)  Hingga lahirlah kerajaan Hindu-Budha terakhir di sana. Kesenian masyarakat Osing juga mempunyai kemiripan dengan masyarakat di Bali.Beberapa kesenian yang terkenal dari suku Osing ini adalah ngarak kebo-keboan. Jika di Surakarta ada ritual ngarak kerbau di malam 1 Suro, maka di suku osing ada ritual ngarak kebo-keboan ( orang yang di dandani mirip kerbau dan dengan ritual tertentu orang-orang itu kesurupan menyerupai tingkah polah kerbau. Banyak tingkah lucu yang tidak terduga oleh penonton. Beberapa kesenian yang terkenal dari Banyuwangi lainnya adalah Barongan dan Gandrung.Kesenian yang sudah lama mati suri ini akhirnya sedikit demi sedikit bangkit. Sebuah potensi wisata bagi kabupaten Banyuwangi yang sedang menggalakkan pariwisata.


Salam

Yamtono

Kesurupan 


Mengikuti perintah sang dukun


Kesenian Barongan Banyuwangi


atraksi kebo-keboan


Putri, bagian dari ritual atraksi kebo-keboan


Tuesday, October 22, 2013

Berburu Stok foto ke Makassar Dan Wakatobi


Berburu Stok foto ke makassar dan wakatobi

Beberapa waktu yang lalu, saya sebagai salah satu pemenang lomba foto Djisamsoe Potret Mahakarya Indonesia, dikumpulkan dengan 23 pemenang lainnya dari seluruh Indonesia oleh PT. HM . Sampoerna. Kami diajak jalan jalan ke kota makassar dan kepulauan Wakatobi. Penasaran dengan Kota Makassar sebagai kota terbesar di wilayah  Indonesia Timur, saya sangat antusias. Rencananya kami akan mengunjungi Benteng Fort Roterdam, benteng peninggalan penjajahan Belanda yang sekarang dijadikan museum bernama Museum La Galigo. Museum ini berisi barang barang peninggalan para raja di sulawesi selatan, peralatan pertanian zaman dahulu dan bentuk bentuk perahu nelayan di sulawesi selatan khususnya. Selepas dari Makassar barulah kami melanjutkan trip kami ke kepulauan Wakatobi yang berada di propinsi sulawesi Tenggara.
Berangkat dari terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta pukul 9.40 menuju Bandara Hasanudin Makassar. Tiba disana pukul 13.00 siang waktu setempat. Kami dibawa menuju hotel tempat menginap, dan disana kami bertemu dengan teman-teman fotografer dari daerah lain.
Setelah briefing dan “makan sore”, kami langsung menuju bis yang akan membawa kami ke Benteng Fort Rotterdam. Oh iya, kami ditemani fotografer yang sudah tidak asing lagi bagi pecinta fotografi di Indonesia, Kristupa Saragih dan Barry Kusuma.Mungkin karena terlalu lama briefingnya jadi acara hunting ke Fort rotterdam jadi hanya sebentar. Tak sampai 1 jam kami sudah harus berkumpul. Menjelang  maghrib kami berkumpul di balairate, sebuah restoran dermaga.Sambil makan malam kami disuguhi peragaan busana batik. Acara berlangsung sampai pukul 9.00 malam.  Kami kembali ke hotel tempat menginap. Selanjutnya acara bebas.
Pagi hari kami sudah harus chek out hotel untuk segera menuju bandara, tapi mampir dulu ke museum. Disini kami ditemani oleh komunitas Historia Indonesia yang di ketuai oleh kang asep khambali. Kang Asep, begitu ia biasa dipanggil, menjelaskan secara gamblang dan cerdas tentang bangunan-bangunan tua di kota Makassar. Dari sini sudah mulai ketahuan, masing masing fotografer mengeluarkan jurus-jurus fotonya. Ketahuan apa?  Iya ketahuan,backgroundnya... ada yang fotografer jurnalis, landscaper, hobiis, Human interest dan lain-lain.
Bagi saya sendiri sebagai fotografer stok foto, ini hal yang tak boleh terlewat, saat yang lain memotret yang besar-besar, ada luas,ada yang semiotik,  saya justru memotret yang kecil- kecildan sederhana  yang mungkin terlewat, karena pada dasarnya memotret stok foto bukanlah seperti memotret untuk lomba foto ataupun jurnalisme. Meskipun begitu saya juga tetap memotret yang lain seperti biasa. Ini namanya sambil menyelam makan kacang goreng..... ( memotret untuk keperluan lomba, stok dan  ilustrasi ). Memotret di benteng dan museum tidak memerlukan peralatan yang banyak. Bawalah yang ringan- ringan saja.
Pukul 10.00 berangkat ke bandara meneruskan perjalanan ke wakatobi. Cukup lama kami menunggu di lounge bandara karena pesawat baru terbang jam 14.00. waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.Kami menumpang pesawat charter khusus menuju wakatobi yang memakan waktu perjalanan 1 jam 15 menit. Pukul 15.30 kami sudah tiba di bandara Matahora yang berada di pulau Wangi-wangi. Bandara kecil yang hanya bisa disinggahi pesawat kecil.
Turun dari pesawat kami disambut dengan kalungan kain tenun khas bertuliskan Wakatobi. Aduh senangnya...
Mobil siap mengantar kami ke resort tempat kami menginap. Woooww.... setibanya di resort, mata kami langsung tertuju ke pantai yang bersih dengan air yang tenang. Tanpa aba-aba kami langsung mencari posisi terenak untuk memotret. Disini lansdcaper mengeluarkan senjata andalannya. Filter ND yang terkenal karena bisa menghaluskan air yang bergerak menjadi seakan seperti kabut misteri.
Tak mau kalah, saya diam-diam juga mempersenjatai dengan tripod dan filter ND. Hehe... landscaper juga dong?? Ya ngga juga sih.. habis sudah jauh-jauh kenapa ngga di maksimalkan sekalian, Iya ngga?
Kepalang basah, saya nyebur sekalian kelaut yang tak dalam. Eh ada bang Kristupa, sekalian deh tanya-tanya dia. Hasilnya lumayan, untuk saya.
Belum sempat menikmati alam, waktu sudah keburu petang, itu berarti makan malam sudah menanti. Sambil menikmati ikan bakar ” giant traveling” ( kata teman baru saya dari sampit, bang Arsusanto alexander. Halo Bang... ) kami disuguhi juga tarian wakatobi Basampe. Bener ngga sih? Hihihi... Ternyata tari Balumpa ( kata mas Adhie, fotografer Nyata Surabaya )...Halo Mas Adhie...!
Hasil hunting sesaat kami di ulas oleh dua tokoh kita kristupa saragih dan Barry Kusuma. Saya bingung mau kirim foto yang mana?  Yah lumayan deh... diskusi berlangsung ramai dan menarik. Thankyou....
Keesokan harinya saya curi start, jam 4 pagi saya sudah nongkrong di dermaga bersama Aris Daeng, teman sekamar dari kendari. Disusul Bang Andi Mantaray dengan peralatannya yang heboh. Alhasil kami bertiga sudah dapat foto sebelum yang lain bangun. Saat yang lain baru sadar sudah pagi, saya sudah berpindah lokasi. Gesit, itulah kuncinya, kalau ngga mau foto monoton.
Jadwal pagi setelah memotret sunrise adalah sarapan dan bersiap ke pulau Hoga. Ke pulau hoga ini memerlukan waktu cukup lama, 1 jam naik kapal boat. Dalam perjalanan ke dermaga, lagi-lagi kami mencuri waktu sejenak untuk berhenti di mata air Tekosapi, dengan dinding stalagtit yang indah. Untuk yang lain, sori ya....
Di pulau Hoga ini rencananya kami diajak snorkling. Melihat – lihat terumbu karang didasar laut. Berhitung dengan waktu, kira kira bisa ngga ya snorkling dulu baru motret, atau motret dulu baru snorkling? Aduh pilihan yang berat... sama sama pengin. Tapi akhirnya ikut pilihan motret dulu dan ngga snorkling. Huuuu....
Keliling pulau aja ah...  tarik mang...
Ini dia rencana ke kampung bajo yang saya tunggu tunggu, ngga jadi juga karena kapal tidak bisa mendekat ke kampung karena air laut sedang surut. Kapal kami kandas. Kecewa tak disa dipendam... saya duduk diatas kapal sambil memotret pemandangan laut. Sambil foto- foto narsis sendiri saya bertahan duduk diatas kapal  sampai air laut menyiram kamera saya menyadarkan saya untuk masuk kapal.
Waktu berburu sudah selesai, tiba saatnya perpisahaan. Banyak kejutan di malam perpisahaan ini.
Mulai dari musik live yang enerjik, sampai pengumuman pemenang utama dari potret Mahakarya Indonesia. Tiga orang akhirnya terpilih menerima hadiah yang cukup wow... masing masing mendapat Rp. 99 juta. Saya yang terpanggil dari 12 besar, 6 besar, akhirnya harus tersingkir juga disisa 4 orang terakhir. Kata teman, kenapa yang 6 besar ngga di kasih ya...? buat obat kecewa... ( ngarep .com )
Tapi akhirnya lagu bento mengajak kami untuk berjingkrak mengikuti irama.... seru...
Benar-benar malam yang seru...
Buat teman-teman lain yang ingin juga ke wakatobi dengan backpacker, berikut rutenya.
Dari jakarta ke makassar via garuda. Lanjut ke kendari. Dari kendari bisa naik kapal laut ke wakatobi. Kalau naik pesawat mungkin jarang ada penerbangan wakatobi.
Peralatan yang perlu disiapkan adalah  body kamera  dengan lensa super wide angle( kalau ada ), lensa telephoto tidak begitu terpakai. Tapi akan terpakai jika bisa masuk kekampung suku bajo.
Jaket tidak perlu ( Jaket saya malah ketinggalan di front office resort, di bawa pulang oleh penjaga front office,  suka kali ama jaket saya? ) , yang perlu adalah sunblock dan penutup kepala. Bawa baju yang tipis saja dan yang pasti bawa memory dan baterai yang cukup. Bila anda punya kamera underwater sangat direkomendasikan. Ada lagi, jangan lupa untuk terus menenteng kamera anda, karena kita tidak tahu ada obyek menarik tiba-tiba. Sayang kan kalau terlewat hanya karena kamera tidak siap?
Di trip ini yang sangat saya sesalkan adalah tidak bisa menikmati snorkling dan memotret di kampung bajo. Bagi saya aneh juga berwisata ke daerah terumbu karang tapi tidak memotret terumbu karang.
Saya berharap  kali lain bisa datang lagi dengan waktu yang lebih longgar.
Sengaja saya pajang foto saya banyak banyak di blog saya, bagi yang berminat beli atau sewa exksklusif bisa menghubungi saya. Untuk foto foto saya yang lain  bisa juga klik di www.istockphoto.com dan sebentar lagi www.sixstockphoto.com
Selamat menikmati foto-foto perjalanan ke wakatobi.
Salam
Yamtono Sardi