Berburu Stok foto ke makassar dan
wakatobi
Beberapa waktu yang lalu, saya sebagai salah satu pemenang
lomba foto Djisamsoe Potret Mahakarya Indonesia, dikumpulkan dengan 23 pemenang lainnya
dari seluruh Indonesia oleh PT. HM . Sampoerna. Kami diajak jalan jalan ke kota
makassar dan kepulauan Wakatobi. Penasaran dengan Kota Makassar sebagai kota
terbesar di wilayah Indonesia Timur,
saya sangat antusias. Rencananya kami akan mengunjungi Benteng Fort Roterdam,
benteng peninggalan penjajahan Belanda yang sekarang dijadikan museum bernama
Museum La Galigo. Museum ini berisi barang barang peninggalan para raja di
sulawesi selatan, peralatan pertanian zaman dahulu dan bentuk bentuk perahu
nelayan di sulawesi selatan khususnya. Selepas dari Makassar barulah kami
melanjutkan trip kami ke kepulauan Wakatobi yang berada di propinsi sulawesi
Tenggara.
Berangkat dari terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta pukul
9.40 menuju Bandara Hasanudin Makassar. Tiba disana pukul 13.00 siang waktu
setempat. Kami dibawa menuju hotel tempat menginap, dan disana kami bertemu
dengan teman-teman fotografer dari daerah lain.
Setelah briefing dan “makan sore”, kami langsung menuju bis
yang akan membawa kami ke Benteng Fort Rotterdam. Oh iya, kami ditemani
fotografer yang sudah tidak asing lagi bagi pecinta fotografi di Indonesia,
Kristupa Saragih dan Barry Kusuma.Mungkin karena terlalu lama briefingnya jadi
acara hunting ke Fort rotterdam jadi hanya sebentar. Tak sampai 1 jam kami
sudah harus berkumpul. Menjelang maghrib
kami berkumpul di balairate, sebuah restoran dermaga.Sambil makan malam kami
disuguhi peragaan busana batik. Acara berlangsung sampai pukul 9.00 malam. Kami kembali ke hotel tempat menginap.
Selanjutnya acara bebas.
Pagi hari kami sudah harus chek out hotel untuk segera
menuju bandara, tapi mampir dulu ke museum. Disini kami ditemani oleh komunitas
Historia Indonesia yang di ketuai oleh kang asep khambali. Kang Asep, begitu ia
biasa dipanggil, menjelaskan secara gamblang dan cerdas tentang
bangunan-bangunan tua di kota Makassar. Dari sini sudah mulai ketahuan, masing
masing fotografer mengeluarkan jurus-jurus fotonya. Ketahuan apa? Iya ketahuan,backgroundnya... ada yang
fotografer jurnalis, landscaper, hobiis, Human interest dan lain-lain.
Bagi saya sendiri sebagai fotografer stok foto, ini hal yang
tak boleh terlewat, saat yang lain memotret yang besar-besar, ada luas,ada yang
semiotik, saya justru memotret yang
kecil- kecildan sederhana yang mungkin
terlewat, karena pada dasarnya memotret stok foto bukanlah seperti memotret
untuk lomba foto ataupun jurnalisme. Meskipun begitu saya juga tetap memotret
yang lain seperti biasa. Ini namanya sambil menyelam makan kacang goreng..... (
memotret untuk keperluan lomba, stok dan ilustrasi ). Memotret di benteng dan museum
tidak memerlukan peralatan yang banyak. Bawalah yang ringan- ringan saja.
Pukul 10.00 berangkat ke bandara meneruskan perjalanan ke
wakatobi. Cukup lama kami menunggu di lounge bandara karena pesawat baru
terbang jam 14.00. waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.Kami menumpang
pesawat charter khusus menuju wakatobi yang memakan waktu perjalanan 1 jam 15
menit. Pukul 15.30 kami sudah tiba di bandara Matahora yang berada di pulau
Wangi-wangi. Bandara kecil yang hanya bisa disinggahi pesawat kecil.
Turun dari pesawat kami disambut dengan kalungan kain tenun
khas bertuliskan Wakatobi. Aduh senangnya...
Mobil siap mengantar kami ke resort tempat kami menginap.
Woooww.... setibanya di resort, mata kami langsung tertuju ke pantai yang
bersih dengan air yang tenang. Tanpa aba-aba kami langsung mencari posisi
terenak untuk memotret. Disini lansdcaper mengeluarkan senjata andalannya.
Filter ND yang terkenal karena bisa menghaluskan air yang bergerak menjadi
seakan seperti kabut misteri.
Tak mau kalah, saya diam-diam juga mempersenjatai dengan
tripod dan filter ND. Hehe... landscaper juga dong?? Ya ngga juga sih.. habis
sudah jauh-jauh kenapa ngga di maksimalkan sekalian, Iya ngga?
Kepalang basah, saya nyebur sekalian kelaut yang tak dalam.
Eh ada bang Kristupa, sekalian deh tanya-tanya dia. Hasilnya lumayan, untuk
saya.
Belum sempat menikmati alam, waktu sudah keburu petang, itu
berarti makan malam sudah menanti. Sambil menikmati ikan bakar ” giant
traveling” ( kata teman baru saya dari sampit, bang Arsusanto alexander. Halo
Bang... ) kami disuguhi juga tarian wakatobi Basampe. Bener ngga sih? Hihihi... Ternyata tari Balumpa ( kata mas Adhie, fotografer Nyata Surabaya )...Halo Mas Adhie...!
Hasil hunting sesaat kami di ulas oleh dua tokoh kita kristupa
saragih dan Barry Kusuma. Saya bingung mau kirim foto yang mana? Yah lumayan deh... diskusi berlangsung ramai
dan menarik. Thankyou....
Keesokan harinya saya curi start, jam 4 pagi saya sudah
nongkrong di dermaga bersama Aris Daeng, teman sekamar dari kendari. Disusul
Bang Andi Mantaray dengan peralatannya yang heboh. Alhasil kami bertiga sudah
dapat foto sebelum yang lain bangun. Saat yang lain baru sadar sudah pagi, saya
sudah berpindah lokasi. Gesit, itulah kuncinya, kalau ngga mau foto monoton.
Jadwal pagi setelah memotret sunrise adalah sarapan dan
bersiap ke pulau Hoga. Ke pulau hoga ini memerlukan waktu cukup lama, 1 jam
naik kapal boat. Dalam perjalanan ke dermaga, lagi-lagi kami mencuri waktu
sejenak untuk berhenti di mata air Tekosapi, dengan dinding stalagtit yang
indah. Untuk yang lain, sori ya....
Di pulau Hoga ini rencananya kami diajak snorkling. Melihat
– lihat terumbu karang didasar laut. Berhitung dengan waktu, kira kira bisa
ngga ya snorkling dulu baru motret, atau motret dulu baru snorkling? Aduh
pilihan yang berat... sama sama pengin. Tapi akhirnya ikut pilihan motret dulu
dan ngga snorkling. Huuuu....
Keliling pulau aja ah...
tarik mang...
Ini dia rencana ke kampung bajo yang saya tunggu tunggu,
ngga jadi juga karena kapal tidak bisa mendekat ke kampung karena air laut
sedang surut. Kapal kami kandas. Kecewa tak disa dipendam... saya duduk diatas
kapal sambil memotret pemandangan laut. Sambil foto- foto narsis sendiri saya
bertahan duduk diatas kapal sampai air
laut menyiram kamera saya menyadarkan saya untuk masuk kapal.
Waktu berburu sudah selesai, tiba saatnya perpisahaan.
Banyak kejutan di malam perpisahaan ini.
Mulai dari musik live yang enerjik, sampai pengumuman
pemenang utama dari potret Mahakarya Indonesia. Tiga orang akhirnya terpilih
menerima hadiah yang cukup wow... masing masing mendapat Rp. 99 juta. Saya yang
terpanggil dari 12 besar, 6 besar, akhirnya harus tersingkir juga disisa 4
orang terakhir. Kata teman, kenapa yang 6 besar ngga di kasih ya...? buat obat
kecewa... ( ngarep .com )
Tapi akhirnya lagu bento mengajak kami untuk berjingkrak
mengikuti irama.... seru...
Benar-benar malam yang seru...
Buat teman-teman lain yang ingin juga ke wakatobi dengan
backpacker, berikut rutenya.
Dari jakarta ke makassar via garuda. Lanjut ke kendari. Dari
kendari bisa naik kapal laut ke wakatobi. Kalau naik pesawat mungkin jarang ada
penerbangan wakatobi.
Peralatan yang perlu disiapkan adalah body kamera dengan lensa super wide angle( kalau ada ), lensa
telephoto tidak begitu terpakai. Tapi akan terpakai jika bisa masuk kekampung
suku bajo.
Jaket tidak perlu ( Jaket saya malah ketinggalan di front office resort, di bawa pulang oleh penjaga front office, suka kali ama jaket saya? ) , yang perlu adalah sunblock dan penutup
kepala. Bawa baju yang tipis saja dan yang pasti bawa memory dan baterai yang
cukup. Bila anda punya kamera underwater sangat direkomendasikan. Ada lagi,
jangan lupa untuk terus menenteng kamera anda, karena kita tidak tahu ada obyek
menarik tiba-tiba. Sayang kan kalau terlewat hanya karena kamera tidak siap?
Di trip ini yang sangat saya sesalkan adalah tidak bisa
menikmati snorkling dan memotret di kampung bajo. Bagi saya aneh juga berwisata
ke daerah terumbu karang tapi tidak memotret terumbu karang.
Saya berharap kali
lain bisa datang lagi dengan waktu yang lebih longgar.
Sengaja saya pajang foto saya banyak banyak di blog saya,
bagi yang berminat beli atau sewa exksklusif bisa menghubungi saya. Untuk foto
foto saya yang lain bisa juga klik di www.istockphoto.com dan sebentar lagi www.sixstockphoto.com
Selamat menikmati foto-foto perjalanan ke wakatobi.
Salam
Yamtono Sardi