WAYANG KANCIL YANG SEMAKIN
TERKUCIL
Saat mengetahui foto saya yang berjudul “wayang kancil” menjadi salah
satu pemenang “Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia’’ hati saya sangat senang. Bukan saja senang karena menang,
tetapi juga karena juri jeli melihat salah satu mahakarya Indonesia yang sudah
semakin langka. Bagaimana tidak? Wayang dengan dalang seorang wanita yang sudah
tua dengan cerita binatang adalah hal yang langka di zaman ini, apalagi di kota
sebesar Jakarta. Foto wayang kancil ini sangat menginspirasi saya untuk menulis
tentang keberadaan wayang kancil yang semakin terkucil.
Tak dipungkiri lagi,Indonesia
memang negara adidaya di bidang budaya.Betapa tidak? Ada berbagai macam budaya,
adat istiadat, dan kesenian.
Suatu hari saya menyempatkan diri
memotret festival wayang di Jakarta. Ada berbagai jenis wayang di pertunjukkan
di acara ini. Mulai dari wayang golek, wayang kulit, wayang beber, wayang
krucil, wayang suket, wayang kardus, wayang orang, wayang potehi. Di wayang
kulit sendiri masih berbeda- beda menurut daerah asalnya. Ada wayang kulit Jawa
tengah dan DIY, wayang Bali, Wayang Banjarmasin ( Kalimantan selatan ).
Diantara wayang- wayang itu tersempil wayang kancil. Apa wayang kancil itu? Bentuknya
memang wayang kulit, tetapi tokohnya bukan diambil dari tokoh pewayangan
mahabarata dan ramayana. Wayang kancil di
rupakan dalam bentuk binatang dan juga manusia zaman sekarang. Wayang kancil
bisa bercerita tentang dunia binatang, seperti dongeng untuk anak anak, ada
juga yang bercerita tentang isu-isu politik terbaru, dan ada juga yang berisi
dakwah.
Menariknya, saya sangat terkagum
kagum dengan dalang yang membawakan lakon wayang kancil. Seorang dalang wanita
asal kota tegal. Selain pandai bertutur cerita, sang dalang wanita ini juga
sering menyelipkan petuah bijak dan ayat ayat Al qur an sebagai bagian
pertunjukan. Ketrampilan dalang wanita ini tak kalah gesit dengan dalang-
dalang pria. Selain gesit juga pandai membuat penonton tertawa. Sindiran-
sindiran kepada wakil rakyat dan pemerintah juga sangat mengena, tetapi tidak
menunjuk hidung. Itulah cerita yang ingin disampaikan sang dalang, problematika
manusia yang hidup di zaman sekarang dan agar kembali ke jalan ilahi.
Durasi pertunjukan wayang kancil
bukanlah lama seperti wayang kulit yang memerlukan waktu semalam suntuk. Wayang
kancil hanya butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk melakonkan cerita.
Saya mencoba melihat jauh ke
belakang, wayang kancil ini diciptakan oleh Ki Ledjar Subroto, seorang seniman
dari Yogyakarta, murid dari dalang kondang Ki Narto Sabto.
Keberadaan wayang kancil yang seakan”hidup
segan mati tak mau” terjadi karena kurangnya minat generasi muda untuk
menggeluti profesi sebagai dalang, terutama dalang wayang kancil. Kelangkaan ini
juga bisa jadi disebabkan oleh tidak banyaknya pesanan manggung bagi wayang
kancil karena kalah populer dengan wayang kulit mahabarata dan ramayana. Seharusnya
pelajaran kesenian dan budaya di sekolah sekolah juga mengenalkan pada seni
pertunjukan seperti wayang kancil. Butuh ketekunan dan kegigihan untuk
mengenalkan seni budaya wayang kancil ini kepada generasi muda kita, sehingga ditengah
banjir produk budaya barat yang masuk ke Indonesia, generasi muda kita tetap
mengenal dan melestarikan budaya kesenian asli Indonesia sendiri.
PENULIS :
YAMTONO
No comments:
Post a Comment